Selasa, 13 Januari 2015

Apa kata Pencicip Kopi Bersertifikat Internasional Pertama tentang Kopi Toraja?



Dilihat dari banyaknya kenikmatan kopi yang tersebar di beberapa kafe, ternyata ada seorang ahli pencicip kopi yang menjadi penentu dari cita rasa kopi. Salah satu nya adalah Yusianto, beliau adalah satu dari beberapa orang pencicip kopi bersertifikat Internasional pertama di Indonesia. Senjata pamungkas nya adalah lidahnya, untuk mendapatkan kopi yang berkualitas.
 
Pria kelahiran Nganjuk, 12 Mei 1961 ini dikenal sebagai 'Dokter Kopi' Indonesia. Beliau terpilih menjadi salah satu dari 24 orang pencicip kopi pertama di Indonesia yang mendapatkan sertifikasi Internasional dari Coffee Quality Institute, yakni penguji kopi di Amerika yang terkenal dengan Specialty Coffee Association of America (SCAA). "Saya ada sertifikat dari Coffee Quality Institute tahun 2009. Saya yang pertama di Indonesia, yang pertama ada 24 orang," ujar Yusianto.
 
Setelah lulus dari Institut Pertanian Bandung (IPB), jurusan Teknologi Industri Pertanian di tahun 1988.Pria berjenggot ini langsung menjadi seorang peneliti dan penguji cita rasa (Sensory Analyst) di Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslit Koka), Jember, Jawa Timur. 
 
Tugas utamanya adalah meneliti dan menemukan teknologi baru untuk menghasilkan kopi yang berkualitas. Dan sebagai peneliti di bidang pasca panen, ia kini lebih banyak berperan di bagian sensory analysis (uji cita rasa) sebagai seorang pencicip kopi.
 
Sebagai pencicip kopi, aktifitas beliau adalah mencium dan mencicipi berbagai jenis kopi. Dalam sehari, ia bisa mencicip hingga 60 cangkir kopi! Tergantung dari banyaknya kopi yang datang. Kopi yang beliau cicip ternyata bukan hanya kopi yang berasal dari Puslit Koka, tetapi juga kopi yang berasal dari seluruh Indonesia.
 
Menurut beliau, tugas utama dari seorang pencicip kopi adalah melihat, mencium dan mencicipi kopi, agar dapat mengetahui cacat cita rasa nya. Selain itu juga, pencicip kopi harus punya kemampuan untuk membedakan dan mengetahui tiap jenis kopi. Oleh karena itu, profesi ini sangat membutuhkan kepekaan indera.
 
"Kopi di seluruh Indonesia pernah saya cicipi, kemudian ditambah kopi-kopi dari luar negeri.Secara pribadi, saya paling suka kopi Toraja, kopi Arabica terbaik di Indonesia, karena aroma dan cita rasanya kuat. Cita rasanya sulit digambarkan, seperti cita rasa madu," tutur ayah 7 anak ini.
 
Menjadi profesi ini, beliau juga harus siap dengan setiap cita rasa kopi yang diujinya. Tidak semua kopi yang ia coba selalu enak, lidahnya sering kali bertemu kopi berkualitas buruk dengan rasa yang tidak enak. Tapi baginya itulah resiko menjadi seorang pencicip kopi, yang harus siap dengan kopi yang tidak enak.
 
"Sebagai pencicip yang diperlukan harus sehat, baik fisik maupun rohaninya. Nggak boleh pas marah nyicipin kopi karena nanti kopinya jadi jelek semua, musti harus sehat," ucapnya.

torajakoffie.com

0 komentar:

Posting Komentar